Jelas-jelas Kak Atok bilang "Selamat Ya Bu, Saya Yakin Murid Ibu Menang", kata temen saya dengan nada kesel dan marah. Mungkin semua orang juga tahu setiap perlombaan pasti ada yang menang dan ada yang kalah, namun seperti apa proses kekalahan dan kemenangan itu ? pastilah dapat dilihat dari penampilan peserta lomba. Namun apa dikata ketika Juri sudah mengetok palu dan menetapkan Pemenang Lomba.
Ini sekelumit pembukaan tentang cerita saya, dari perjalanan di SDN CIPAYUNG 01 banyak hal ternyata yang dapat saya peroleh. Namun yang paling mendasar adalah tentang "kebesaran hati menerima kekalahan" atau dengan kata lain bersikap IKHLAS lah menerima kekalahan.
Perjuangan membawa atau membimbing siswa merupakan perjalanan yang penuh pengorbanan diantaranya "Korban Perasaan" ketika anak binaan kalah. Diantaranya adalah ketika kekalahan perlombaan Story Telling di Perpustakaan Kabupaten Bogor dengan Juara I Dari SDIT Al Azhar, disusul SDN CIPAYUNG 01 dan SDN PAJELERAN. Ada 3 orang juri perlombaan salah satunya adalah Kak Atok yang memang sering menjadi juri, termasuk juri Story Telling Tingkat Nasional beberapa tahun yang lalu dan SDN CIPAYUNG 01 menjadi juaranya, tidak ada yang aneh dari perlombaan ini, hanya menurut pembimbing dari SDN CIPAYUNG 01 sulit jika menilai perlombaan dengan "HATI" bukan dengan logika, jelas-jelas dalam perlombaan story telling adalah bagaimana si pencerita bisa membawakan dengan penghayatan yang penuh dan ketepatan waktu yang diberikan dan peserta mampu menghidupkan suasana cerita seperti kejadian nyata, "kata pembimbing dari SDN CIPAYUNG 01, tetapi dalam perlombaan kali ini memang banyak hal yang dilanggar oleh Juri diantaranya pemberian waktu kepada salah seorang peserta yang menjadi Juara I, jelas sekali dalam Juklak bahwa jika waktu yang digunakan melebihi waktu yang ditetapkan maka peserta dianggap gugur, itu menurut Pembimbing tadi. Kejadian ini sebenarnya tidak perlu dibesar-besarnya jika memang semua pihak bisa berlaku "IKHLAS" baik Juri maupun Peserta Lomba. JANGAN HATI YANG BICARA, tetapi kondisi riil dalam lombalah yang bisa kita nilai. BRAVO SDN CIPAYUNG 01
Ini sekelumit pembukaan tentang cerita saya, dari perjalanan di SDN CIPAYUNG 01 banyak hal ternyata yang dapat saya peroleh. Namun yang paling mendasar adalah tentang "kebesaran hati menerima kekalahan" atau dengan kata lain bersikap IKHLAS lah menerima kekalahan.
Perjuangan membawa atau membimbing siswa merupakan perjalanan yang penuh pengorbanan diantaranya "Korban Perasaan" ketika anak binaan kalah. Diantaranya adalah ketika kekalahan perlombaan Story Telling di Perpustakaan Kabupaten Bogor dengan Juara I Dari SDIT Al Azhar, disusul SDN CIPAYUNG 01 dan SDN PAJELERAN. Ada 3 orang juri perlombaan salah satunya adalah Kak Atok yang memang sering menjadi juri, termasuk juri Story Telling Tingkat Nasional beberapa tahun yang lalu dan SDN CIPAYUNG 01 menjadi juaranya, tidak ada yang aneh dari perlombaan ini, hanya menurut pembimbing dari SDN CIPAYUNG 01 sulit jika menilai perlombaan dengan "HATI" bukan dengan logika, jelas-jelas dalam perlombaan story telling adalah bagaimana si pencerita bisa membawakan dengan penghayatan yang penuh dan ketepatan waktu yang diberikan dan peserta mampu menghidupkan suasana cerita seperti kejadian nyata, "kata pembimbing dari SDN CIPAYUNG 01, tetapi dalam perlombaan kali ini memang banyak hal yang dilanggar oleh Juri diantaranya pemberian waktu kepada salah seorang peserta yang menjadi Juara I, jelas sekali dalam Juklak bahwa jika waktu yang digunakan melebihi waktu yang ditetapkan maka peserta dianggap gugur, itu menurut Pembimbing tadi. Kejadian ini sebenarnya tidak perlu dibesar-besarnya jika memang semua pihak bisa berlaku "IKHLAS" baik Juri maupun Peserta Lomba. JANGAN HATI YANG BICARA, tetapi kondisi riil dalam lombalah yang bisa kita nilai. BRAVO SDN CIPAYUNG 01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar