Semakin marak perusahaan pembiayaan ternyata menginspirasi seorang pedagang mainan di depan sekolah, hebat atau penipuan. Kondisi seperti ini telah diketahui pihak sebelumnya namun ketika itu memang masalahnya telah usai namun kali ini muncul kembali, keadaan yang sangat memprihatinkan ini terjadi disaat sekolah berupaya mengkondusifkan lingkungan sekolah karena berbagai permasalahan kesiswaan (seperti pertengkaran anak dan pencurian). Untuk meningkatkan kenyamanan belajar dan mengajar disekolah memang diperlukan berbagai pendekatan baik kepada komponen guru / personel, orang tua maupun berbagai komponen masyarakat yang peduli kepada pendidikan di sekolah. Kasus anak ngutang di tukang mainan bukanlah sekedar permasalahan anak dengan tukang dagang ternyata membawa orang tua dan sekolah bagaimana tidak ? kasus yang terjadi pada si “X” kelas V dan + 15 anak-anak lainnya ini bias menjadi contoh kasus yang harus kita cermati, ketika saya ngobrol dengan beberapa orang tua murid pada Jum’at, 7 Oktober 2008 mengeluh anaknya sakit karena merasa tertekan, karena seorang pedagang mainan memberikan Tamiya untuk di utang dengan harga Rp. 50.000,- padahal klo di bayar kash hanya Rp. 15.000,- serta accessories lain dengan harga Rp. 50.000,- sehingga anak tersebut merasa terbebani yang akhirnya jatuh sakit. Untung memang orang tua arif dan bijaksana dalam pendekatan permasalahan yang dialami anaknya, sehingga dengan lancarnya anak bercerita dan menyelesaikan permasalahan dengan pedagang. Ketika saya akan konfirmasi dengan dengan pedagang tersebut memang sudah tidak ada, namun orang tua memang telah menyelesaikan permasalahan tersebut.
Kondisi riil guru untuk mengawasi kepada siswa hanya bias dilakukan saat belajar mengajar maupun dilingkungan sekolah. Sehingga ketika istirahat anak keluar sekolah memang guru tidak bias mengawasi. Sehingga saya ketika mendapat laporan tersebut segera melakukan pengecekan kepada pedagang yang bersangkutan dan ternyata sudah tidak ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar